Kamis, 06 Mei 2010
Hubungan Softskill dengan Korupsi
KORUPSI, itulah satu kata yang sering kita dengar dan tidak asing lagi untuk warga negara Indonesia. Negara Indonesia menduduki peringkat pertama dalam hal korupsi dengan mencetak skor 9,07 dari nilai 10. Angka ini naik dari 7,69 poin tahun lalu. Posisi kedua ditempati Kamboja, kemudian Vietnam, Filipina, Thailand, India, China, Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, Makao, Jepang, Amerika Serikat, Hongkong, Australia dan Singapura sebagai negara yang paling bersih. Korupsi merupakan perilaku yang tidak wajar atau tidak ilegal yang dilakukan oleh pejabat publik dengan cara tidak legal memperkaya diri dan menyalahgunakan kekuasaan publik yang telah dipercayakan kepada mereka dan tidak menguasai softskill pada saat mereka masih menuntut ilmu.
Saat ini pendidikan di Indonesia dibekali dengan softskill untuk menyeimbangi hardskill. Proses belajar mahasiswa mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir segala pengatahuan dan ketrampilan yang dimiliki masing-masing individu dalam menghadapi segala jenis pekerjaan berdasarkan basis pendidikan yang dimilikinya (Hardskill). Dengan kata lain peserta didik memiliki kompetensi yang memungkinkan mereka dapat bersaing untuk memasuki dunia kerja. Sedangkan 2 landasan yang terakhir mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir berbagai kemampuan yang ada pada masing-masing individu dalam suatu keteraturan sistemik menuju suatu tujuan bersama. Maksudnya bahwa untuk bisa menjadi seseorang yang diinginkan dan bisa hidup berdampingan bersama orang lain baik di tempat kerja maupun di masyarakat maka harus mengembangkan sikap toleran, simpati, empati, emosi, etika dan unsure psikologis lainnya. Inilah yang disebut dengan Soft Skill.
Mengingat pentingya soft skill dalam upaya membentuk karakter mahasiswa, maka strategi pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah dengan mengoptimalkan interaksi antara dosen dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa, dosen dengan mahasiswa dan lingkungan, serta interaksi banyak arah. Disamping itu perlu juga kreativitas dosen untuk mampu memancing mahasiswa untuk terlibat secara aktif, baik fisik, mental, sosial dan emosional. Dengan demikian bila hal itu sudah terbiasa dilakukan oleh mahasiswa maka akan terbawa nantinya bila mereka terjun di dunia kerja dan di masyarkat.
Sumber:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar